Senin, 02 September 2013
Minggu, 01 September 2013
Kurikulum Baru Butuh Metode Student Center Learning
Dikutip : okezone.com
Kurikulum baru seharusnya mengarahkan siswa untuk lebih aktif di kelas.
JAKARTA - Saat ini, metode pembelajaran pasif yang
menempatkan murid sebagai obyek tidak lagi efektif. Murid harusnya
bersifat aktif untuk bertanya dan berdiskusi ketika berada di dalam
kelas. Maka, Student Center Learning (SCL) menjadi dasar tata cara guru
dalam menerapkan metode tersebut.
Demikian dipaparkan Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung (Unila) Maulana Mukhlis dalam penguatan dan pemberdayaan kapasitas guru dan siswa dalam peningkatan ketahanan kota terhadap perubahan iklim di Kota Bandar Lampung, belum lama ini.
Dia mengungkap, dalam menyikapi perubahan kurikulum 2013, tim kota telah mengevaluasi program selama satu tahun penerapan. Evaluasi program dilakukan tidak hanya terkait keberlangsungan program, tetapi untuk mengetahui berbagai kelemahan dan kekurangan kurikulum 2013 guna memperbaiki implementasi program untuk satu tahun ke depan.
"Terdapat tujuh rekomendasi yang dihasilkan tim kota terkait pelaksanaan program. Terutama pada aspek kemampuan guru selama uji coba program di empat sekolah, yaitu SMPN 7 Bandarlampung, SMPN 27, SDN 1 Karangmaritim, dan SDN 1 Langkapura," ujar Maulana, seperti dinukil dari situs Unila, Jumat (16/8/2013).
Tim kota, lanjutnya, merekomendasikan adanya perubahan metode mengajar guru di kelas. Mereka harus mengubah metode pengajaran ke arah Student Center Learning.
"Terutama dengan memperbanyak studi kasus, diskusi kelompok, dan pengembangan model pembelajaran aktif," kata anggota tim ketahanan Kota Bandar Lampung itu.
Rekomendasi selanjutnya adalah perlunya dilakukan kembali pelatihan penetapan indikator dan tujuan pembelajaran bagi para guru. Dia menilai, adanya Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan berdampak pada pelaksanaan program.
Sebelumnya, Unila telah menyusun buku materi sisipan perubahan iklim pada mata pelajaran yang dipilih untuk disisipkan berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK-KD) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
"Dalam kurikulum baru, SK-KD berubah menjadi Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KI-KD). Ya otomatis berubah pula isinya," papar Maulana.
Sementara terkait perubahan metode pengajaran, tim kota juga merekomendasikan perlunya pemberian tambahan media belajar lengkap dengan segala konsekuensinya. Termasuk kemampuan memperbaiki metode pembelajaran yang bervariasi dan dukungan pihak luar melalui pelatihan khusus dalam hal merancang media pembelajaran.
"Siswa juga harus didorong untuk melakukan perubahan perilaku dengan indikator dan metode evaluasi yang tepat. Untuk itu, guru harus dilatih dalam melakukan proses penilaian secara otentik dan keragaman model evaluasi," tuturnya.
Maulana mengurai, selain mendapatkan apa yang telah ada dalam bahan ajar, guru harus dibekali kemampuan menyusun instrumen evaluasi tambahan. Perlu pelatihan khusus untuk merancang bahan evaluasi komprehensif yang mampu mengurut, tidak hanya kemampuan kognitif, tetapi afektif siswa.
"Uji coba bahan ajar ketahanan perubahan iklim pada semester II tahun ajaran 2012/2013 melibatkan 45 guru, empat kepala sekolah, sekira 1.885 siswa, serta diawasi oleh delapan pemantau. Guru yang terlibat dalam program ini adalah guru kelas V dan VI untuk jenjang SD serta guru Bahasa Indonesia, IPA, dan IPS terpadu pada jenjang SMP," beber Maulana.
Terkait pengembangan program, tim kota juga merekomendasikan keterlibatan guru bidang studi lain dan termasuk komite sekolah dalam rencana penerapan secara menyeluruh pada tahun ajaran baru mendatang.
Langganan:
Postingan (Atom)