Dikutip : okezone.com
Kurikulum baru seharusnya mengarahkan siswa untuk lebih aktif di kelas.
JAKARTA - Saat ini, metode pembelajaran pasif yang
menempatkan murid sebagai obyek tidak lagi efektif. Murid harusnya
bersifat aktif untuk bertanya dan berdiskusi ketika berada di dalam
kelas. Maka, Student Center Learning (SCL) menjadi dasar tata cara guru
dalam menerapkan metode tersebut.
Demikian dipaparkan Dosen
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung
(Unila) Maulana Mukhlis dalam penguatan dan pemberdayaan kapasitas guru
dan siswa dalam peningkatan ketahanan kota terhadap perubahan iklim di
Kota Bandar Lampung, belum lama ini.
Dia mengungkap, dalam
menyikapi perubahan kurikulum 2013, tim kota telah mengevaluasi program
selama satu tahun penerapan. Evaluasi program dilakukan tidak hanya
terkait keberlangsungan program, tetapi untuk mengetahui berbagai
kelemahan dan kekurangan kurikulum 2013 guna memperbaiki implementasi
program untuk satu tahun ke depan.
"Terdapat tujuh rekomendasi
yang dihasilkan tim kota terkait pelaksanaan program. Terutama pada
aspek kemampuan guru selama uji coba program di empat sekolah, yaitu
SMPN 7 Bandarlampung, SMPN 27, SDN 1 Karangmaritim, dan SDN 1
Langkapura," ujar Maulana, seperti dinukil dari situs
Unila, Jumat (16/8/2013).
Tim
kota, lanjutnya, merekomendasikan adanya perubahan metode mengajar guru
di kelas. Mereka harus mengubah metode pengajaran ke arah Student
Center Learning.
"Terutama dengan memperbanyak studi kasus,
diskusi kelompok, dan pengembangan model pembelajaran aktif," kata
anggota tim ketahanan Kota Bandar Lampung itu.
Rekomendasi
selanjutnya adalah perlunya dilakukan kembali pelatihan penetapan
indikator dan tujuan pembelajaran bagi para guru. Dia menilai, adanya
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan berdampak pada pelaksanaan program.
Sebelumnya, Unila
telah menyusun buku materi sisipan perubahan iklim pada mata pelajaran
yang dipilih untuk disisipkan berdasarkan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar (SK-KD) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
"Dalam
kurikulum baru, SK-KD berubah menjadi Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar (KI-KD). Ya otomatis berubah pula isinya," papar Maulana.
Sementara
terkait perubahan metode pengajaran, tim kota juga merekomendasikan
perlunya pemberian tambahan media belajar lengkap dengan segala
konsekuensinya. Termasuk kemampuan memperbaiki metode pembelajaran yang
bervariasi dan dukungan pihak luar melalui pelatihan khusus dalam hal
merancang media pembelajaran.
"Siswa juga harus didorong untuk
melakukan perubahan perilaku dengan indikator dan metode evaluasi yang
tepat. Untuk itu, guru harus dilatih dalam melakukan proses penilaian
secara otentik dan keragaman model evaluasi," tuturnya.
Maulana
mengurai, selain mendapatkan apa yang telah ada dalam bahan ajar, guru
harus dibekali kemampuan menyusun instrumen evaluasi tambahan. Perlu
pelatihan khusus untuk merancang bahan evaluasi komprehensif yang mampu
mengurut, tidak hanya kemampuan kognitif, tetapi afektif siswa.
"Uji
coba bahan ajar ketahanan perubahan iklim pada semester II tahun ajaran
2012/2013 melibatkan 45 guru, empat kepala sekolah, sekira 1.885 siswa,
serta diawasi oleh delapan pemantau. Guru yang terlibat dalam program
ini adalah guru kelas V dan VI untuk jenjang SD serta guru Bahasa
Indonesia, IPA, dan IPS terpadu pada jenjang SMP," beber Maulana.
Terkait
pengembangan program, tim kota juga merekomendasikan keterlibatan guru
bidang studi lain dan termasuk komite sekolah dalam rencana penerapan
secara menyeluruh pada tahun ajaran baru mendatang.